EKONOMIAKTUAL.COM, SURABAYA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya bekerjasama dengan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Polrestabes Surabaya dan KARSA menggelar acara nonton bareng (nobar) film “Kadet 1947” bersama 400 guru di gedung bioskop Tunjungan Plaza I, Surabaya, Minggu (19/12/2021). Langkah ini sebagai bentuk dukungan Kadin Surabaya terhadap industri kreatif, khusunya perfilman di Indonesia. Hadir dalam acara tersebut pemeran film Kadet 1947 Bisma Karisma (pemeran Sigit) dan produser film Kadet 1947 Tesadesrada Ryza.
Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti juga turut hadir disela masa reses yang dilakukan. Selain itu ada juga Ketua HIPMI Surabaya M. Luthfi, Ketua PGRI Surabaya Agnes Warsiati, Ketua Kadin Surabaya M. Ali Affandi, Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono, Bupati Bangkalan Abdul Latif Amin Imron, Komandan Satuan Brimob Polda Jatim Kombes Amostian serta beberapa komunitas anak muda, ormas pemuda, dan para guru.
Ketua Kadin Surabaya M Ali Affandi mengungkapkan bahwa industri kreatif khususnya perfilman perlu didorong dan didukung penuh, karena industri kreatif khususnya perfilman memiliki potensi dalam pengembangan perekonomian di Indonesia.
Sementara di masa pandemi, industri kreatif termasuk dunia perfilman turut terimbas cukup dalam. Kegiatan produksi hingga penayangan karya berkurang seiring adanya pembatasan mobilitas masyarakat. bahkan seluruh bioskop di tanah air harus ditutup untuk meminimalisir tingkat penyebaran virus Covid-19.
Dengan masyarakat saat ini patut bersyukur karena angka covid mulai menurun, dan adanya kebijakan-kebijakan baru pemerintah terkait pembatasan sosial maka Kadin Surabaya dan HIPMI Surabaya berkolaborasi dengan PGRI mengadakan nobar Film Kadet 1947.
“Ini adalah juga sebagai come back kami untuk bisa mengobati rasa rindu setelah kondisi pandemi yang memaksa kita untuk tidak menghibur diri dengan menonton film dan adanya pembatasan sosial,” ujar Ali Affandi, Surabaya, Minggu (19/12/2021).
Film Kadet 1947 mengandung semangat heroik yang luar biasa, semangat yang harus ditanamkan pada generasi muda. Kadin Surabaya berharap dengan diadakannya nobar, semua dapat merasakan semangat heroik yang terdapat di film ini.
M Luthfi menambahkan bahwa film Kadet 1947 adalah salah satu film karya anak bangsa yang wajib ditonton pemuda Indonesia agar mereka lebih memperhatikan dan mencintai produk dalam negeri.
“Kita wajib sama-sama berusaha membantu, bagaiman produk anak bangsa ini tidak hanya dikenali di tingkat nasional tetapi juga internasional. Industri perfilman Indonesia sebenarnya cukup bagus tetapi masih butuh pengenalan dan informasi serta dukungan dari seluruh masyarakat Surabaya, khususnya film yang diciptakan di kota Surabaya,” ujar M Luthfi.
Sementara itu produser film Kadet 1947 Tesadesrada Ryza mengungkapkan bahwa idustri perfilman tanah air mulai bangkit setelah terpuruk akibat pandemi. Dengan geliat yang ada ditambah dengan munculkan sejumlah film Indonesia yang berprestasi di luar negeri dan Festival Film Indonesia yang diadakan serta dukungan dari pemerintah akan menjadi gairah baru bagi perfilman di Indonesia.
“Sudah banyak film Indonesia yang berkualitas yang mulai berani menayangkan film di bioskop. Sebab menayangkan film Indonesia di bioskop saat ini sangat tidak mudah karena harus bersaing, berhadapan dengan film besar yang lain yang sudah ada, seperti film box office. Tetapi kalau tidak menyuarakan film Indonesia kita juga akan sama-sama mati,” ujarnya.
lebih lanjut ia mengatakan, agar industri perfilman tanah air bis ateris berkembang, maka yang dibutuhkan adalah dukungan dari masyarakat Indonesia. Masyarakat yang menjadi penonton film Indonesia harus memiliki rasa bangga bahwa film Indonesia memiliki kualitas.
“Karena selama ini kita dihantui oleh film Indonesia yang mungkin kualitasnya tidak bagus. Sehingga ini menjadi tantangan bagi kami untuk menunjukkan bahwa film Indonesia juga memiliki kualitas yang bagus,” ujarnya.
Banyak penonton film Indonesia yang ternyata belum bisa menghargai film Indonesia dan masih menunggu melihat film bajakan. “Itu bahaya banget bagi industri perfilman dan bisa mematikan. Sehingga dukungan dari masyarakat sangat diperlukan, karena tanpa penonton film Indonesia, film Indonesia tidak akan ada,” pungkasnya. ea-4